*Catatan tentang Minggu Panggilan 12 Mei 2019 di Kalasan dan Macanan
Berkeluarga adalah salah satu bentuk panggilan hidup. Selain menjadi biarawan atau biarawati sebagai bruder, suster atau imam. Panggilan-panggilan hidup ini adalah sakramen dalam Gereja Katholik.
“Aku sakit sekali, Pak. Sepertinya tulang rusukku hilang satu. Aku batal jadi pastor, Pak. Sepertinya aku akan segera punya istri,” rintih seorang anak lelaki di depan bapaknya, sambil memegangi bagian rusuknya. Dan semua yang hadir dalam Misa Panggilan di Gereja Marganingsih tertawa geli. Itu adalah salah satu penggalan adegan dalam drama tentang panggilan.
Hidup berkeluarga adalah salah satu bentuk panggilan hidup. Selain menjadi biarawan atau biarawati sebagai bruder, suster atau imam. Panggilan-panggilan hidup ini adalah sakramen dalam Gereja Katholik.
Ada 46 biarawan dan biarawati yang dapat hadir pagi itu. Mereka hadir dan berbaur dengan anak-anak. Bergembira bersama. Hari itu gereja Kalasan sengaja ditata sedemikian rupa. Bangku-bangku bagian depan disingkirkan dan digelari tikar. Anak-anak dapat duduk bersama di atas tikar itu.
Minggu Panggilan adalah sebuah ajakan untuk mau terlibat dalam kebaikan. Dengan menjalani hidup berkeluarga atau selibat. Dalam misa Kamis Putih di Gereja Prambanan pada tanggal 18 April 2019, diingatkan oleh Romo Bernardus Agus Rukiyanto, SJ bahwa Perjamuan Terakhir yang diperingati pada malam itu adalah sebuah ajakan untuk mau terlibat dalam tindakan kebaikan. Yesus langsung mengambil peran dan mencontohkan kebaikan itu dengan mencuci kaki para muridNya. Ada yang istimewa tentang pembasuhan kaki di tengah perjamuan itu.
Pertama, Yesus sebagai tuan rumah berkenan untuk mencuci kaki para tamunya. Hal yang tidak lazim. Umumnya tuan rumah hanya menyediakan keperluan dan pembasuhan kaki dibantu pihak lain. Tetapi Yesus langsung melakukan sendiri. Untuk meneladankan tindakan kebaikan yang perlu dilakukan oleh para muridNya. Dan juga untuk selalu menjadi tuan rumah yang rendah hati.
Kedua adalah pembasuhan kaki yang dilakukan di tengah-tengah perjamuan. Lazimnya pembasuhan kaki dilakukan pada awal perjamuan. Inipun Yesus hendak mengajak, tidak sekedar menawarkan untuk melakukan tindakan kebaikan. Bahwa tindakan kebaikan dimulai dari diri sendiri. Di sisi lain, Yesus hendak mencatatkan bahwa semua yang hadir dalam perjamuan adalah pribadi-pribadi yang istimewa dan penting. Yang diundangnya untuk ikut dalam pestaNya. Maka hadir dalam ekaristi adalah sebuah hal yang penting.
Ketiga, tindakan kebaikan harus dimulai dari diri sendiri. Dengan merelakan diri untuk mau ambil bagian dan terlibat. Dalam konteks Minggu Panggilan, tindakan kebaikan itu adalah menghidupi hidup berkeluarga atau hidup selibat (sebagai iman, bruder atau suster) seturut ajaran kasih iman Kristiani.*