Komsos-GMK. Pembekalan BKSN merupakan satu di antara beberapa kegiatan di paroki Minggu, 20 Agustus 2017. Acara ini rutin diadakan setahun sekali menjelang Bulan Kitab Suci Nasional.
Secara garis besar, acara Pembekalan BKSN 2017 Paroki Kalasan dibuka pukul 10.30 oleh Paulus Sriyanto selaku Kabid Pewarta, dilanjutkan dengan sambutan oleh Rm. Ambrosius Wagiman Wignyasumantara, Pr selaku rama pendamping Bidang Pewartaan dan Evangelisasi. Penyampaian bahan BKSN disampaikan oleh Agustinus Sutrisno selaku koordinator timja Katekis. Pembekalan ini selesai pada pukul 11.30 dan ditutup dengan doa oleh Paulus Sriyanto.
Pembekalan BKSN tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Bila sebelumnya yang hadir hanya perwakilan dari wilayah di tingkat paroki, tahun ini pembekalan dilakukan hanya sekali dan serentak dari paroki saja. Metode pembekalan ini sesuai kebijakan Rama Kepala Paroki, Rm. Robertus Budiharyana, Pr. Pembekalan cukup sekali dan semua mendapat pembekalan yang sama. Yang menjadi sasaran untuk mengikuti pembekalan adalah semua prodiakon dan satu wakil dari Pengurus Lingkungan (Seksi Pewartaan atau Ketua Lingkungan).
Berdasarkan daftar hadir yang ada, terlihat bahwa ada 70 prodiakon, 60 pengurus lingkungan dan sekitar 10-15 pewarta paroki yang bisa menghadiri pembekalan BKSN. Jadi, total peserta yang hadir mencapai 140-145 orang. Di kesempatan ini juga dibagikan buku panduan BKSN sebanyak 7 eksemplar (6 bahasa Indonesia dan 1 bahasa Jawa) untuk setiap lingkungan setelah mereka membayar kontribusi sebesar Rp 25.000.
BKSN tahun ini mengusung tema “Kabar Gembira di Tengah Gaya Hidup Modern”. Arus zaman modern melanda seluruh dunia yang memunculkan dampak negatif dan positif. Dalam hal ini gereja Katolik selalu menegaskan warta Gembira dalam konteks jaman. Bahkan Paus Fransiskus menegaskan Evangelii Gaudium yakni suka cita Injil.
Berikut ini adalah intisari nilai-nilai injili dalam setiap sub-tema BKSN 2017 sebagaimana dipaparkan oleh Agustinus Sutrisno.
- Arus zaman teknologi dan nilai-nilai injili dalam kisah menara Babel (Kej 11:1-9)
- Pertama segala bentuk produk teknologi semestinya tidak digunakan untuk membangun dan menggunakan untuk kemegahan diri.
- Sebaliknya teknologi semestinya digunakan untuk memuji dan memuliakan Allah.
- Bila teknologi hanya dibangun dan digunakan untuk memperlihatkan arogansi manusia, maka Allah akan mengacaubalaukan.
- Di samping itu, teknologi informasi dan komunikasi semakin menyadarkan kita akan keanekaragaman bahasa, budaya, dan domisili.
- Arus zaman materialisme dan nilai-nilai injili dalam perumpamaan orang kaya yang bodoh (Luk 12:13-21)
- Kita tidak boleh berpikir dan bertindak seperti orang kaya yang bodoh yang menimbun kekayaannya bagi kesenangan sendiri dan jaminan bagi keamanan dan kebahagiaan jiwanya sendiri tanpa sedikitpun memikirkan Allah, sesama, pengadilan dan penghakiman di akhir zaman
- Hidup kita tidak dijamin oleh harta kekayaan. Hidup bersama Allah dan melakukan hal-hal baik bagi sesama dan lingkungan itulah sesungguhnya memberi jaminan keamanan, kedamaian dan kebahagiaan hidup.
- Harta kekayaan itu anugerah Allah yang tidak boleh ditimbun untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk sesama
- Kita diajak untuk menimbun harta di surga.
- Nilai hidup tidak tergantung pertama-tama pada materi yang dipakai atau yang dimiliki, tetapi Allah sebagai sumber kelimpahan harta surgawi. Materi itu sarana bukan tujuan untuk hidup.
- Arus zaman individualisme dan nilai-nilai injili dalam kisah cara hidup jemaat perdana (Kis 2:41-47)
- Cara dan gaya hidup individualis tidak pernah dikembangkan oleh para penulis Kitab Suci. Mereka lebih berfokus pada individu sebagai bagian dari komunitas
- Cara dan gaya hidup jemaat perdana memberikan contoh hidup dalam persekutuan dan kebersamaan yang erat satu dengan yang lain.
- Cara dan gaya hidup jemaat perdana harus dihidupkan oleh Gereja saat ini karena kesaksian jemaat perdana memiliki daya pewartaan.
4.Arus zaman hedonisme dan nilai-nilai injili dalam nasihat Yakobus tentang hikmat dan hawa nafsu (Yak 3:14-4:3)
- Yakobus menampilkan dua hikmat: dari bawah dan dari atas
- Yakobus memandang sikap dan tindakan yang digerakkan oleh kesenangan diri akan memunculkan konflik internal dan eksternal
- Kesenangan diri, kenikmatan hidup dan hawa nafsu untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan menjadi ancaman serius bagi kehidupan
- Kita harus selalu bersyukur atas apa yang kita peroleh sekarang karena semua itu anugerah Allah.Syukur menyebabkan manusia menemukan kedamaian, kegembiraan dan kebahagian hidup.
Semoga dengan acara pembekalan BKSN ini kabar gembira akan semakin tersebar ke setiap hati umat dan umat pun bisa menanggapi secara positif dengan menghadiri acara pertemuan BKSN yang diselenggarakan di setiap lingkungan dan akhirnya bisa menghayati dan menghidupi setiap nilai-nilai injili yang dipaparkan dalam BKSN.
Dalam masyarakat masa kini yang terjangkiti konsumerisme, hedonisme, silau pada kekayaan, kemewahan, penampilan luar, serta terjangkit narsisisme, kisah hidup anak Tuhan mengingatkan kita agar kembali sadar. (Paus Fransiskus)
catatan: kontributor naskah Immaculata Is Susetyaningrum, photos by Yusup