KOMSOS-GMMK. Pada hari Minggu, 22 Mei 2022 diselenggaakan Pertemuan Tokoh Umat Katolik yang bertempat di gedung gereja St. Ignatius Loyola Temanggal. Kegiatan menarik ini dihadiri lebih dari 40 orang yang merupakan pengurus gereja, ketua lingkungan, dan prodiakon gereja. Dialog pertemuan tokoh umat dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai salah satu wujud nasionalisme dan dilanjutkan dengan kata sambutan oleh YB. Ngadianto selaku Ketua Wilayah Temanggal. Kegiatan ini menghadirkan dua pembicara utama yakni Mustadi S.Sos. M.M. dan Romo Dr. M. Joko Lelono, Pr, sementara itu yang bertindak sebagai moderator adalah CB. Ismulyadi S.S. M.Hum.
Pembicara pertama yakni Mustadi S.Sos. M.M. sekarang ini menjabat sebagai Kepala Bidang Kesra Kabupaten Sleman. Sebagai perwakilan dari lembaga pemerintah, Mustadi menyampaikan kepada peserta tentang pentingnya pembinaan ketahanaan dan kesejahteraan keluarga yang sungguh perlu mendapatkan perhatian khusus. Dimulai dari keluarga kita dapat meminimalisir kejadian “luar biasa” beberapa saat terakhir yaitu kekerasan anak di jalanan. Orang tua khususnya wajib memberikan seluruh perhatiannya kepada anak mereka. Sebagai tokoh agama, kita juga diharapkan dapat mengambil peran dengan memberikan contoh yang baik yang berkaitan dengan karakter dan budaya bermasyarakat yang baik.
Pembicara kedua, Romo Dr. M. Joko Lelono, Pr. yang menjadi perwakilan gereja Katolik saat ini berkarya di Komisi HAK Kevikepan Jogja Timur. “Apakah kita minoritas?” pertanyaan ini menjadi pembuka sharing oleh romo projo KAS yang lebih akrab dipanggil Romo Joko ini. Romo Joko menegaskan bahwa agama hanyalah salah satu dari identitas kita. Namun sejatinya kita semua adalah warga negara Indonesia dengan keragamannya. Karena negara kita merupakan negara yang plural, maka kita harus bisa berelasi dan hidup bersama dengan damai. Romo Joko menegaskan bahwa setidaknya ada empat jenis dialog yang harus kita lakukan yakni dialog hidup bersama, dialog karya, dialog religius, dan dialog teologis.
Romo Joko memperlihatkan gambar Romo Soegijapranata serta Romo Mangun Wijaya, yang menjadi tokoh perubahan pada masa itu.
“Kita hidup di masa sekarang untuk masa depan, jangan terbayang bayang masa lalu,” ucap Romo Joko.
Romo Joko sepakat bahwa anak muda adalah generasi penerus. Merekalah yang akan menentukan bagaimana Indonesia di masa depan. Selain itu, sejak dahulu Para Rasul telah mengajarkan bagaimana menjadi umat Katolik yang relevan dan berelasi.
Jangan sibuk beragama hingga lupa cara menjadi manusia. (Romo Dr. M. Joko Lelono, Pr.)
Dalam hal dialog antar agama tidak ada yang namanya perwakilan. Artinya, setiap orang Katolik bertanggung jawab dalam tingkatannya masing masing. Sebagai kalimat penutup Romo Joko mengatakan demikian, “Sesi dialog ini tidak berakhir. Kita bisa meneruskannya kepada lebih banyak umat.”
Sesi dialog berlangsung dengan lancar dan dipandu dengan apik oleh CB. Ismulyadi S.S. M.Hum., (Bimas Katolik, KanKemenAg Kabupaten Sleman). Dialog yang berlangsung selama dua jam ini telah menjadi pengingat kita Bersama bagaimana kita semestinya hidup beragama dan bermasyarakat di masa kini.
Liputan dan foto oleh YB Ngadianto