Pada hari Kamis, 24 Agustus 2017, diselenggarakan perayaan ekaristi di lingkungan Bartolomeus Brintikan, Wilayah Petrus Damianus, Kalasan Timur. Perayaan ekaristi ini untuk memperingati pesta nama St. Bartolomeus sekaligus untuk pemberkataan rumah salah satu umat yakni rumah Fx Trisno Suroto. Perayaan ekaristi dihadiri sekitar 100 orang, termasuk umat dari beberapa lingkungan terdekat. Perayaan ekaristi dipimpin oleh Rm Robertus Budiharyana, Pr.
Sesudah perayaan ekaristi selesai kemudian dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas rahmat yang melimpah kepada lingkungan St. Bartolomeus Brintikan yang terus berkembang. Potongan tumpeng dari Rm Budi diberikan kepada Yohanes Pembabtis Sumaryadi selaku ketua lingkungan, Fx Trisno Suroto selaku tuan rumah dan Rb Harinanto selaku ketua wilayah Petrus Damianus Kalasan Timur.
Dalam wawancara dengan komsos-GMK, Yohanes Pembabtis Sumaryadi menjelaskan bahwa lingkungan St. Bartolomeus Britikan terdiri dari 30 kepala keluarga (kk) atau 83 jiwa yang meliputi satu pedukuhan Brintikan yang terdiri 2 Rw dan 8 Rt. Kini di setiap Rt sudah ada umat Katoliknya. YP Sumaryadi berharap perayaan pesta nama ini bisa menambah semangat umat untuk mau berkumpul dan saling menyemangati dalam kehidupan menggereja. YP Sumaryadi terkesan dengan cukup banyaknya umat yang hadir dan ini sungguh diharapkan bisa meningkatkan semangat untuk menggereja. Pada tahun 2010 jumlah KK di lingkungan St Bartolemus Brintikan hanya sekitar 16-19 dan Puji Tuhan sekarang sudah mencapai 30 KK.
Dalam Kotbahnya Rm Budi mengatakan bahwa Nathanael adalan nama lain dari Bartolomeus. Bartolomeus artinya anak seorang petani (dari kata bartome). Rm Budi mengajak umat Brintikan untuk meneladani semangat hidup St Bartolomeus. Yesus menyebut bahwa Bartolemus adalah seorang Israel sejati, seorang yang tanpa kepalsuan, sungguh otentik, dan bicara apa adanya. Ia pada awalnya kurang percaya kepada Yesus. Nathanael kemudian berjumpa Yesus dan akhirnya percaya kepadaNya atas perjuangan dan pencariannya sendiri dan ini sungguh murni dari kehendak pribadi. Inilah ciri murid Yesus yang sungguh mau mendalami imannya dengan segala keasliannya dan tidak dibuat-buat. Iman inilah yang akan kokoh dan tidak gampang goyah karena imannya adalah hasil dari suatu proses perjuangan. Inilah yang disebut iman otentik, iman yang tumbuh dari perjuangan dan menjadi keputusan pribadi. Iman ini diteguhkan dengan perjumpaan, iman yang semakin dikuatkan dengan perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Sebaliknya, iman bisa menjadi goyah bila kita tidak rindu untuk berjumpa dengan Yesus. Rm Budi berharap umat akan terus rindu untuk berjumpa dengan Yesus sebagaimana yang dilakukan St Bartolomeus.
Berkaitan dengan umat lingkungan Brintikan, Rm Budi berharap untuk tidak berkecil hati dengan jumlah umat yang masih sedikit. Lebih baik jumlah umat sedikit namun guyup dan rukun, selalu bersemangat dan mau menjadi seperti “garam”, meski hanya sedikit namun mampu menjadikan hidangan enak untuk dinikmati.
Berbicara tentang makna rumah, Rm Budi menegaskan bahwa rumah semestinya menjadi tempat untuk berkumpul anggota. Namun yang lebih penting dari itu, rumah semestinya menjadi basis atau dasar hidup gereja. Pemberkataan rumah juga bermakna pemberkatan keluarga. Rumah dalam arti keluarga menjadi tempat pertama dan utama pendidikan iman dan budi pekerti bagi setiap anggota keluarga.
Menurut Rm Budi, rumah adalah tempat untuk mengolah rasa. Rumah semestinya berfungsi seperti dapur yakni tempat perjumpaan untuk mengolah hidup dan kehidupan apalagi yang berkaitan dengan hidup rohani. Dan yang lebih penting rumah adalah tempat untuk bertemu dengan Yesus.
Proficiat untuk umat Lingkungan St Bartolomeus Brintikan, Kaltim
catatan: Sumber informasi wawancara dengan YP Sumaryadi, Kaling, photos by Yusup