“Panggil saya: Rama Jono,” begitu Rama dari Keuskupan Jayapura mengawali sapaan pada pengantar di awal misa pada hari Sabtu, 9 Juni 2018 pukul 18.00.
Pada awal misa beliau juga menyampaikan salam khas Wamena: wa-wa-wa! Sebuah ungkapan sambutan yang hangat dan mengharapkan hal baik terjadi di antara kita semua.
Rama Jono adalah Rama dari Keuskupan Jayapura yang sedang studi S2 di Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan. Pada akhir tahun ini diharapkan studinya selesai dan segera ditunggu di Jayapura untuk tugas perutusan baru. “Tapi kemarin Bapa Uskup sudah bertelpun. Di samping karena ada dua paroki yang kosong Paternya,” imbuhnya.
Kabar baiknya dari Rama Jono adalah berat badannya sekarang sudah naik 5 kg selama studi. Artinya, krasan ya Rama? Iyo, krasan tinggal di sini, timpal beliau.
Tetapi, by the way, apakah ada orang Papua yang bernama Jono?
Bisa jadi ada. Tetapi dalam kasus Rama Johanes Kayame, Pr nama Jono adalah “pentahbisan” saat beliau menjadi salah satu konselebran pada misa berbahasa Jawa di Gereja Banteng pada suatu waktu. Dan ia bangga dengan sebutan itu.
‘Panggil saya: Rama Jono,”katanya.
Tahun lalu adalah kali pertama beliau misa di Prambanan. Kami menjemputnya di Wisma Angin Mamiri.
Rama Jono beberapa kali memakai kosa kata Bahasa Jawa selama perayaan misa. Ini menunjukkan betapa Rama Jono sungguh akrab dengan suasana di Yogyakarta.
Terimakasih, Rama Jono. Sudah berkenan mempersembahkan misa di Prambanan.
*Foto dan teks : Adrian Diarto