Pernah suatu kali ada seorang ibu yang senantiasa merintih. Merintih karena pinggangnya sakit, merintih karena kamarnya sumpek, merintih karena makanan tidak merangsang selera, et cetera.
Lebih-lebih ibu itu pernah membaca sebuah kutipan, “I am feeble and utterly crushed; I groan in anguish of heart” – aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap-degup jantungku (Mzm 38: 9). Dan itu didengar oleh anak, menantu dan cucu. Ia selalu risau, “non curatur, qui curat” – yang selalu risau (justru) tidak mudah sembuh.
Lantas oleh menantunya, ibu itu diajak kunjungan ke panti jompo. Di tempat itu ibu-ibu sepuh itu klèlèran, kamar mereka bau pesing, para karyawan-wati melayani dengan tidak sepenuh hati (mungkin di rumah mereka juga punya beban). Ternyata, Ibu tua ini “lebih beruntung” dibandingkan ibu-ibu yang lain.
Di luar sana banyak orang yang menderita, seperti yang pernah ditulis Plato (427 – 347 seb. M), “Bersikap ramahlah karena setiap orang yang Anda temui sedang menghadapi perjuangan yang berat”.
Senin, 15 Juli 2019
Rm. Markus Marlon