KOMSOS-GMK.Perayaan Vigili Paskah I di Gereja Marganingsih Kalasan dimulai pada pukul 17:30 dan dipimpin oleh Rm Jonathan Billie Cahyo Adi, Pr. Perayaan ekaristi menggunakan bahasa Jawa dan diiringi paduan suara dari wilayah Yohanes Paulus II dengan iringan gending Jawa yang sangat rancak. Sementara yang bertugas sebagai lektor adalah Etha dan Lala, dibantu 2 prodiakon yakni F.X. Suparjo dan E. Hermiyati.
Seperti biasa, perayaan ekaristi diawali dengan upacara cahaya, bermula dari pendopo kemudian bergerak perlahan menuju depan altar gereja. D. Wisnubrata, prodiakon yang berasal dari wilayah Theodosius dan bertugas sebagai pembawa lilin paskah, merasakan getaran yang berbeda ketika mulai mengangkat lilin paskah dan semua umat bersujud.
“Sangat terasa sampai di hati waktu saya membawa lilin Paskah. Mungkin karena saya prodiakon baru. Rasanya saya seperti dekat sekali dengan Yesus. Yesus rasanya ada di sebelah saya,” katanya ketika diwawancari KOMSOS-GMK.
D. Wisnubrata kemudian menjelaskan bahwa apa yang ia rasakan itu sama seperti saat dia bertugas mengambil hosti dari tabernakel. Dia merasakan sesuatu yang berbeda sekali dan rasa itu benar-benar masuk ke relung hatinya.
“Sesungguhnya saya merasa tidak pantas untuk menjalankan tugas membawa lilin paskah. Tapi karena terpanggil untuk melayani umat, saya bersedia dan saya memulainya dengan doa pribadi. Saya minta ijin Yesus agar saya dipantaskan. Saat dinyanyikan “Pepadang Dalem Sang Kristus”, kemudian umat jengkeng, wah rasanya saya sangat dekat sekali dengan Yesus,” kata D. Wisnubrata.
Sementara itu dengan gaya kotbah yang interaktif, menghibur namun juga sarat makna, Rm Billie mengajak umat yang hadir untuk menjadi cahaya bagi sesama. Pada awalya Rm Billie mengajak umat untuk memaknai telur yang biasanya dikaitkan dengan Paskah. Sebutir telur bisa dibuat apa saja. Telur bisa dihias, dibuat telur asin, bisa dimasak menjadi telur dadar, atau bisa dierami sehingga bisa menetas, dll. Pertanyaan reflektif yang kemudian layak diajukan kepada kita adalah apakah kita bisa menjadi seperti telur itu.
Rm Billie kemudian menegaskan bahwa kita semua diajak untuk menjadi pribadi Katolik yang selalu tergerak untuk berbagi berkat dengan cara apa saja, dari mulai perkara kecil sampai perkara besar. Karena kita semua diciptakan baik adanya oleh Tuhan sebagaimana yang ditulis dalam Kitab Kejadian, maka kita pun diajak untuk berbagi kebaikan dan menjadi berkat bagi sesama. Semestinya hidup kita baik dan kita bisa berbagi kebaikan kepada sesama.
“Ayo dadi wong Katolik sing apik. Dadi wong Katolik sing andum berkah marang pepodo (Mari menjadi orang Katolik yang baik. Menjadi orang Katolik yang mau berbagi berkat bagi sesama),” ucap Rm Billie.
Paskah juga mengajak kita untuk menjadi manusia baru. Kita semua diingatkan bahwa ketika kita semua dibabtis , kita menjadi bagian dari gereja dan bersatu dengan Tuhan. Hendaknya semua pikiran dan tindakan kita pun baru. Kita semua diajak untuk meneladani Yesus. Yesus sudah merasakan derita, wafat dan bangkit. Kita juga bisa bangkit dari semua perkara dunia yang tidak baik. Kita diajak untuk menyangkal diri dan meneladani Yesus.
Untuk memaknai lilin paskah, di tengah-tengah kotbah Rm Billie meminta agar semua lampu di seluruh sudut gereja dimatikan. Maka umat pun mendengarkan kotbah romo dalam suasana gelap. Dengan cara cerdas ini, Rm Billie ingin menyadarkan umat bahwa kita seringkali hidup dalam kegelapan bisa karena diri sendiri atau karena pengaruh luar. Hidup kita kadangkala tenggelam dalam kehidupan yang tidak baik dan kita menjadi jauh dari Tuhan karena kegelapan itu. Kadang-kadang kita merasa bahwa Tuhan tidak penting bagi kita. Kadangkala kita lupa dengan Tuhan sebagai cahaya hidup kita.
Kita adalah manusia yang rapuh namun Tuhan selalu hadir dan setia mendampingi kita. Tuhan selalu hadir dalam perjalanan hidup kita dan dari situ kita diajak untuk menjadi cahaya bagi sesama. Ini menjadi sarana bagi kita untuk tergerak. Kita bangkit dari belenggu dosa dan dari situ kita bisa menjadi cahaya bagi sesama. Kita sudah ditebus oleh Tuhan dan Tuhan sudah rela menderita untuk menebus dosa kita. Kita sebagai umat Katolik semestinya menjadi berkat bagi sesama, bagi orang-orang di sekitar kita.
“Mari bersama Tuhan yang menjadi cahaya dunia, kita semua mau menjadi pribadi Katolik yang benar- benar menjadi cahaya bagi sesama, bukan sekedar dalam kata-kata semu belaka tetapi dalam perbuatan nyata,” ajak Rm Billie.
Dalam hening ruang gereja yang masih gelap, Rm Billie kemudian mengakhiri kotbahnya dengan berdoa sejenak.
“Gusti Yesus ingkang moho sae, matur nuwun awet sedaya tulada Dalem minongko pepadanging gesang kawula. Mugi kawulo ingkang sekeng, ingkang kebak dosa, tansah dadoso pepadang kangge sesami, dadoso berkah kangge brayat kawula, kangge lingkungan kawula , kangge masyarakat ugi kangge pasamuan suci meniko. Mugi sedaya tulada ingkang panjenengan aturan dateng kawula saestu nuwuhaken berkah kangge kawulo sedoyo minongko umat Dalem. Lan saking mriku kawula minongko umat Dalem saestu dados pepadang lan berkah dumateng sesami, wonten ing sak kiwo tengen kawula.” (Rm Billie)
Selamat paskah dan jadilah cahaya bagi sesama.
Catatan: Foto oleh Monica Aurelia dan Dias