0311 Lingkungan Gregorius Aging Kaliajir: Perempuan diciptakan Setara dengan Laki-laki

Jalanan kampung menuju rumah Theresia Sumartini yang tidak begitu rata tampak masih basah setelah diguyur hujan. Sepanjang hari Kamis Legi tanggal 13 Februari 2025 umat Lingkungan Gregorius Agung Kaliajir memang dihadapkan dengan cuaca yang asyik, di pagi hari tiba-tiba turun hujan deras, beberapa waktu kemudian mereda dan matahari kembali bersinar malu-malu, tiba-tiba hujan gerimis, kembali cerah, dan tiba-tiba gerimis lagi. Cuaca yang tidak kondusif ini menjadikan umat untuk selalu waspada menjaga diri sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada pukul 18.30 WIB cuaca di sekitar Kaliajir makin berdamai dengan umat lingkungan yang akan melaksanakan kegiatan rutin ibadat Kamisan. Satu per satu umat mulai berdatangan ke rumah umat yang mendapat giliran. Theresia Sumartini menyambut umat yang hadir dengan ramah dan penuh sukacita di teras rumahnya.

Tepat pukul tujuh malam RB Maryanto selaku ketua lingkungan menyampaikan prakata sebagai ucapan selamat datang kepada umat yang hadir dan ucapan terima kasih kepada tuan rumah yang telah menyambut kehadiran umat untuk bersekutu dalam doa lingkungan. Kemudian dilanjutkan dengan kidung dilantunkan oleh Fransisca Romana Pujiyati, mengawali rangkaian doa lingkungan. Lagu pembuka dipandu oleh Lambertus Tallulembang membawa seluruh umat dalam suasana hening. Rangkaian doa lingkungan dipimpin oleh prodiakon lingkungan Theresia Yuliastutie, diawali dengan ritus pembuka. Selanjutnya umat diajak merenungkan Injil Markus 7: 24-30 tentang ‘Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.’ Tuhan melihat bahwa manusia yang diciptakan-Nya tidak baik seorang diri, maka Dia menciptakan penolong sepadan. Tuhan menciptakan seorang perempuan yang menjadi penolong yang sepadan, meski kenyataannya perempuan memiliki kekuatan dan ketabahan luar biasa. Hal ini tampak pada seorang ibu yang anak perempuannya kerasukan. Dalam kesempatan sharing Yokebeth Siti Sriyanti mengungkapkan, “Hidup adalah anugerah yang harus disyukuri dengan sikap dan tindakan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak semua doa dan permohonan kita dijawab sesuai dengan apa yang kita mau. Tuhan pasti menjawab dan mengabulkan sesuai dengan waktu Tuhan. Kita harus tetap sabar, tabah, beriman, dan percaya bahwa anugerah Tuhan selalu baik dalam hidup kita.” Dalam kesempatan ini anak-anak juga diberi waktu untuk mengungkapkan pemahamannya tentang isi perikop Injil Markus ini. Ave mengatakan, “Sebagai murid-Nya kita harus rendah hati, sabar, dan murah hati,” disambung dengan pendapat Nesya dan Nea, “Kita harus beriman dan percaya kepada Tuhan, sebagaimana ibu dari perempuan yang kesurupan.” Sharing iman anak-anak dirangkai dengan doa umat yang didaraskan oleh beberapa umat secara bergiliran dan disatukan dengan doa Bapa Kami dan 3 kali Salam Maria, diakhiri dengan mohon berkat kepada Tuhan.

Rangkaian doa berlangsung hingga pukul 20.05 WIB, dilanjutkan dengan makan soto bersama yang telah disiapkan Theresia Sumartini dibantu Mas Brow, penjual soto andalan di wilayah Kaliajir dan sekitarnya. Suasana malam pun terasa hangat dan penuh sukacita, setelah disegarkan secara rohani, umat pun dikuatkan secara jasmani. Kebersamaan yang hangat dalam suasana kekeluargaan dan penuh iman sungguh dirasakan.

Lucia Indarwati

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *