KOMSOS-GMMK. Masa prapaskah ditandai dengan penerimaan abu. Tepat pada hari Selasa 25 Februari 2020 pukul setengah enam sore Gereja Maria Marganingsih Kalasan dipadati dengan umat. Ini seperti memberi pertanda baik bahwa umat siap untuk memasuki retret agung. Misa rabu abu di Gereja Maria Marganingsih Kalasan dipimpin oleh Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr.
Dalam homilinya, Romo Dadang menjelaskan bahwa inti dari perayaan rabu abu adalah bahwa kita memasuki masa prapaskah yang ditandai dengan abu di dahi kita. Romo Dadang kemudian mengutip teks kitab suci yang menunjukkan bahwa abu memiliki makna dalam kehidupan umat.
Kitab Kejadian 3:19 menyebutkan “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu”. Manusia diambil dari debu dan akan kembali menjadi debu.
Begitupun dijelaskan dalam kitab Ayub 42: 6 “Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu”. Ini merupakan ungkapan Ayub yang marah kepada Tuhan, dan ia menyesal yang dijelaskan dalam ayat tersebut yaitu “menyesal aku duduk dalam debu dan abu”
Daniel 9: 3 juga menyebutkan “Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu”. Yunus 3: 5-6 menuliskan demikian “Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.” “Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di debu” Abu punya makna pertobatan dan penyesalan di dalam kitab perjanjian lama.
Adapun kutipan bacaan Injil “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jikalau di dalam Tirus dan Sidon sudah terjadi mukjijat seperti yang sudah berlaku di dalam kamu, tak dapat tiada. Sudah lama dia bertobat dan berkabung”(Matius 11: 21)
Pertobatan itulah yang akan kita bangun, agar kita mampu berdamai kembali kepada Allah. Abu pertama-tama bermakna penyesalan dan pertobatan. Kedua, bermakna kesadaran akan kerapuhan diri dan kita membutuhkan kerahiman Allah. Dalam penyesalan dan pertobatan tersebut tidak mungkin kita berani mencari sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Orang yang sungguh mau bertobat hendaklah memohon rahmat Tuhan agar mampu bertobat dan mewujudkan dalam tingkah laku yang konkret.
Dalam injil dijelaskan yang pertama adalah berderma. Contohnya adalah kotak APP yang menjadi contoh konkret; kedua dengan berpuasa, dan yang terakhir berdoa. Berdoa dalam masa pra paskah ini, misalnya, umat bisa mengikuti ibadat jalan salib yang dilaksanakan setiap hari jumat.
Selamat memasuki masa prapaskah dengan berderma, berpuasa dan berdoa. Tuhan memberkati.
Liputan dan foto: Monica Aurelia