Dalam tradisi Jawa, memule dapat diartikan sebagai ritual peringatan arwah. Sementara itu, dalam tradisi umat Katolik di Jawa, memule merupakan peringatan orang yang sudah meninggal dunia. Doa memule biasanya diperingati setelah orang meninggal dunia dalam kurun waktu 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan puncaknya pada 1000 hari. Seperti pada Senin malam, tepatnya 27 Januari 2025, umat Lingkungan St Matius diundang oleh keluarga Victoria Partini untuk doa memule. Doa memule untuk mendoakan almarhum Bapak Otto Soemarno yang genap 40 hari dipanggil Tuhan. Hujan yang turun sejak sore membuat udara terasa sejuk di malam itu.

Tujuh puluh (70) umat lingkungan bersemangat untuk hadir dan berdoa bersama. Pukul 19.00 WIB doa memule dimulai. Diawali dengan pengantar dan salam pembuka oleh Elisabeth Dwi Astuti yang juga sebagai prodiakon tersebut. Setelah itu, rangkaian ibadat memule dimulai, diawali dengan lagu pembuka ‘Lihatlah Rumah Allah’ dari Puji Syukur diiringi petikan gitar oleh Philipus Pangestu Wibowo dan Emmanuel Wijoputro. Semua umat menyatukan suara memuji dan memuliakan Tuhan. Setelah doa pembuka, dilanjutkan mendengarkan pembacaan Injil Matius 11: 25-30. Elisabeth Dwi Astuti sebagai pemimpin ibadat, mengawali homilinya dengan bertanya pada umat yang hadir, “Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar kata kuk.” Ada yang menjawab bahwa kuk adalah masalah, beban. Kuk memiliki beberapa arti tetapi yang terlintas dalam pikiran Elisabet Dwi Astuti yang juga adalah ibu dari 2 orang anak tersebut, kuk adalah alat kayu yang digunakan untuk mengendalikan hewan penarik seperti lembu atau sapi. Kuk dipasang di tengkuk hewan untuk menarik beban seperti bajak atau pedati. Tuhan Yesus meminta kita untuk datang kepada-Nya saat merasa letih lesu dan berbeban berat, dan meminta kita untuk memikul kuk yang Dia pasang. Dengan mengandalkan Tuhan dan hanya bersandar pada-Nya, kita akan memperoleh kelegaan dan ketenangan bila harus ‘memikul kuk’.

Demikian juga dengan keluarga yang ditinggalkan oleh Otto Soemarno. Dengan bersandar pada Tuhan Yesus, mereka akan merasa lega dan tenang. Percaya bahwa Allah Bapa sudah menerima jiwa/arwah Otto Soemarno di pangkuan-Nya. Setelah homili, ada persembahan lagu dari kelompok Jawilem ‘Tak Kau Tinggalkanku’. Sebuah lagu dari Damian Alma yang isinya tentang 2Timotius 4: 7 ‘Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik. Aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman’. Selesai persembahan lagu, doa umat dipanjatkan dan dibacakan oleh Christopher Rainadiv dan Amadeus Evano. Lagu Bapa Kami dinyanyikan sebagai rangkaian yang menyatukan doa umat. Setelah perecikan bunga tabur dengan air suci oleh prodiakon, ibadat memule pada malam hari itu ditutup dengan berkat penutup. Lagu ‘Yesus Tlah Bersabda’ merupakan lagu penutup, mengakhiri rangkaian doa memule. Ibadat memule di Senin malam yang terasa dingin itu selesai pada pukul 19.50 WIB.

Catatan: Tulisan dibuat oleh Damiana Wijosari Pusoko dan foto oleh Philipus Pangestu Wibowo